MANUSIA DAN CINTA KASIH
MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
OLEH
KELAS 1KA04
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan tepat pada waktunya yang berjudul “Manusia Dan Cinta Kasih” Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian “Manusia Dan Cinta Kasih“.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa melancarkan segala usaha kita. Amin.
Jakarta, April 2019
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cinta Kasih
2.2 Pengertian Kasih Sayang
2.3 Kemesraan
2.4 Pemujaan
2.5 Manusia Dan Cinta Kasih
2.4 Pemujaan
2.5 Manusia Dan Cinta Kasih
Bab III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dimuka
bumi ini Tuhan menciptakan berbagai macam makhluk hidup salah satunya adalah
manusia. Manusia sebagai salah satu ciptaan tuhan yang maha esa. Manusia
ditugaskan sebagai pemimpin untuk mengatur isi muka bumi ini. Manusia diberikan
oleh tuhan akal pikiran, perasaan yang tidak di miliki makhluk hidup lainnya.
Manusia terdiri dari berbagai macam organ salah satunya hati.
Hati
merupakan organ manusia yang berhubungan langsung dengan perasaan- perasaan itu
adalah yang tidak berwujud namum dapat dirasakan perasaan itu ada seneng,
sedih, dan marah bahkan sangat berkaitan dengan cinta dan kasih. Bagi manusia
hati lebih nyata dibandingkan apa yang dipikirkan, hati lebih bisa menjawab
semuanya dengan kata lain “hati tidak pernah bohong”
Cinta
merupakan hal yang sangat menarik dalam hidup seseorang. Namun sekarang bagi
manusia pada umumnya masih bingung apa arti cinta itu sendiri. Dari jaman dulu
sampai sekarang hakikat cinta kasih masih menjadi perbincangan yang tidak
dibatasi secara jelas dengan makna yang luas pula. Walaupun, sulit juga untuk
diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia
yang cukup fundamental.
1.2. Rumusan Masalah
1.2. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagi berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Cinta Kasih ?
b. Apa yang dimaksud dengan Kasih Sayang ?
c. Apa makna dari Kemesaraan ?
d. Apa makna dari Pemujaan ?
e. Apa Hubungan Manusia dengan Cinta Kasih ?
1.2. Tujuan Masalah
a. Untuk mendeskripsikan pengertian Cinta Kasih.
b. Untuk mendeskripsikan pengertian Kasih Sayang.
c. Untuk mendeskripsikan makna dari Kemesraan.
d. Untuk mendeskripsikan makna dari Pemujaan.
e. Untuk mendeskripsikan Hubungan Manusia dengan Cinta Kasih.
b. Untuk mendeskripsikan pengertian Kasih Sayang.
c. Untuk mendeskripsikan makna dari Kemesraan.
d. Untuk mendeskripsikan makna dari Pemujaan.
e. Untuk mendeskripsikan Hubungan Manusia dengan Cinta Kasih.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Cinta Kasih
Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa
sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau
sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau
cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan
kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa
cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka
(sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun
cinta dan kasih mengandung arti yang hampir sama, antara keduanya terdapat
perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam,
sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada
orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam
itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Erich
Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai menyebutkan bahwa cinta
itu terutama member, bukan menerima, dan member merupakan ungkapan yang paling
tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam member adalah hal-hal yang
sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyertakan unsur-unsur dasar
tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
Secara
sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi unsur
terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga Cinta) di sertai
dengan belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang
bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik, positif,
berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan
kebahagiaan.
2.2. Pengertian
Kasih Sayang
Pengertian
kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta
yaitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam
berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini
merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut
tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian,
saling terbuka, sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Seorang remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu
disebabkan karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan
keluarga.
Menurut
Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencintai mengemukakan tentang
adanya berbagai macam-cinta yang dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Cinta terhadap
Allah
Merupakan
puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan
tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan
sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta
menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan
semua bentuk cinta yang lain.
2. Cinta Diri
Sendiri
Secara
alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang yang
menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian cinta
diri sendiri ini bernilai negatif. Namun apabila diartikan bahwa cinta diri
sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jamsmani dan
rohaninya terpenuhi seimbang ini bernilai positif. Dengan demikian cinta
terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang dengan cinta
kepada orang lain untuk berbuat baik.
3. Cinta Er*t1s
Cinta
yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat membirahikan) ini
merupakan sifat eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan cinta yang
sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta dan nafsu tersebut letaknya tidak berbeda
jauh. Disi lain Cinta er*tis jika didasari dengan cinta ideal, kasih sayang,
keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam ikatan yang sah
yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang yaitu nafsu yang
membutakan akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu birahi didalamnya akan
timbul rasa ketidak puasan bias berakhir dengan sebuah perceraian bahkan akan
mungkin timbul juga perselingkuhan atau ke tempat pelacuran yang didalamnya
tidak mungkin akan timbul rasa kasih sayang karena yang ada hanya nafsu
birahi berhubungan badan saja, dengan uang sebagai bayarannya.
4. Cinta Keibuaan
Kasih
sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat
pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu
ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh
dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli
ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis,
melainkan dorongan psikis.
5. Cinta Sesama
Manusia (Persaudaraan)
Cinta
kepada sesama manusia atau persaudaraan itu merupakan watak manusia itu sendiri
dan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatannya kepada sesama manusia.
Perbuatan dan perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan berarti karena
seseorang itu membela, menyetujui, mendukung dan berguna, bagi dirinya,
melainkan dating dari hati nuraninya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia.
Motivasi perbuatan dan perlakuan seseorang mencintai sesama manusia itu
disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian (manusia
sebagai makhluk sosial) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
2.3
Kemesraan
Kemesraan
berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti
hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber
dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama
dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih.
Tingkatan kemesraan dapat
dibedakan berdasarkan umur, yaitu :
Kemesraan
dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber. Pubertas yaitu dimana masa
remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan
seksualitasnya kuat
Kemesraan
dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya
pada tahun tahun awal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bila
sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
Kemesraan
Manusia Usia Lanjut, kemesraan juga dapat diteruskan dalam masa manusia usia
lanjut (manula). Pandangan lama mengatakan, bahwa kalau manusia sudah usia
lanjut, sudah menjadi kakek dan nenek tidak pantas lagi untuk bermesraan.
Kemesraan bagi manula dapat diwujudkan dalam makan, duduk, jalan-jalan,
menonton televisi atau membaca kora bersama-sama.
2.4.
Pemujaan
Pemujaan
berasal dari kata puja. Menurut kamus umum bahasa indonesia karya W.J.S.
Poerwadarminta, kata puja bearti penghormatan atau memuja dewa-dewa atau
berhala. Dalam perkembangannya pujaan dapat ditujukan kepada orang yang
dicintai, pahlawan yang diagungkan dan Tuhan Yang Mahaesa. Dalam pujaan
terkandung pengertian bukan sekedar dipuja, tetapi juga disucikan.
Pujaan
terhadap orang yang dicintainya diwujudkan dalam personafikasi dan kata-kata
yang indah, misalnya diibaratkan sebagai bunga mawar merah atau melati putih.Selain
dengan pujaan hati, pujaan juga diberikan kepada para pahlawan. Begitu dalamnya
pemujaan terhadap pahlawan, terutama pahlawan yang gagah berani dan gugur untuk
nusa dan bangsanya, sehingga ia diabdikan dalam buku sejarah ataupun lagu.
Pemujaan
kepada tuhan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia
kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini,
dikarenakan pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makan kehidupan yang
sebenarnya. Penyebab hal itu terjadi karena Tuhan pencipta alam semesta.
Seperti dalam Surat Al-Furqan ayat 59-60 yang menyatakan: “Dia yang menciptakan
langit dan bumi beserta apa-apa diantara keduanya dalam enam rangkaian massa,
kemudian Dia bertahta di atas singgasana-Nya. Dia Maha Pengasih, maka
tanyakanlah kepada-Nya tentang soal-soal apa yang perlu diketahui”. Selanjutnya
ayat 60, “Bila dikatakan kepada mereka, Sujudlah kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih”.
a. Cara pemujaan
Dalam
kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama,
kepercayaan, kondisi dan situasi. Sembah yang di rumah, di masjid, di gereja,
di pura, di candi bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat merupakan
perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan.
Di
alam semesta ini tidak ada seorang pun yang membantah bahwa Tuhan itu pencipta
segala-galanya. Bahwa Tuhan Maha Penguasa, Tuhan Maha Tahu, Tuhan Maha
Menentukan, Tuhan Maha Bijak, Tuhan Maha Kasih dan masih banyak maha lagi sifat
Tuhan, tidak ada yang menyangkal.
b. Tempat Pemujaan
Masjid,
Gereja, Candi, Pura dan lain-lain lagi adalah tempat manusia berkomunikasi
dengan Tuhannya atau yang dianggap Tuhan. Di tempat-tempat itu dianggap Tuhan
“berada”.
Karena
itu orang Islam menamakan masjid “rumah Allah”, maka wajarlah tempat-tempat itu
dibuat sebagus mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena
tempat itu dianggap suci, maka tidaklah pantas dan tidak wajar bila
tempat-tempat itu dipergunakan untuk segala keperluan, kecuali keperluan untuk
membesarkan nama Tuhan.
Hal ini
merupakan bukti akan kemaksimalan bangsa Indonesia pada waktu itu akan cintanya
kepada “Tuhannya”. Banyak pemeluk agama yang berusaha membangun tempat pemujaan
sebesar dan sebagus mungkin.
c. Berbagai
Seni Sebagai Manifestasi Pemujaan
Seperti
dikemukakan di depan cinta menimbulkan daya kreatifitas antara lain ialah
mencipta. Dalam seni pahat banyak kita jumpai arca-arca yang menggambarkan
dewa-dewa atau sesuatu yang dipujanya. Sudah tentu tinggi rendahnya hasil seni
itu bergantung kepada kemampuan penciptanya.
Seni
tari pun ada pula yang bersifat mengagungkan nama Tuhan atau yang dianggap
“tuhan”. Misalnya tari Sanghyang Dedari dan tari Sanghyang Jaran di Bali adalah
tarian bersifat keagamaan. Tari itu hanya ditarikan pada upacara agama dan
tidak boleh ditonton oleh para turis, penontonnya sangat terbatas. Lagi pula
tarian itu ditarikan pada dini hari tidak sembarang waktu.
E. Hubungan Manusia Dan Cinta Kasih
Hidup
tanpa cinta itu kosong. Cinta amat penting dalam kehidupan manusia. Belumlah
sempurna hidup seseorang jika dalam hidupnya tidak pernah dihampiri perasaan
cinta. Karena manusia didunia tidak hanya seorang diri, melainkan selalu
melibatkan pihak lain, dengan istilah cinta tersebut haruslah diartikan, baik
mencintai maupun dicintai.
Menurut
Prof. Dr. Louis Leahy S.J, pada hakikatnya cintalah yang terdapat pada asal
mula dari hidup, sekurang-kurang rasa cinta akan diri sendiri. (Louis Leahy :
1984).
Dalam
diri setiap manusia terdapat dua sumber kekuatan yang menggerakkan nya untuk
berbuat termasuk untuk mencintai atau dicintai. Dua sumber kekuatan itu adalah
akal dan budi di satu pihak, dan nafsu dipihak lain. Jadi, perasaan cinta dapat
dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu perasaan cinta yang digerakkan oleh akal
budi dan perasaan cinta yang digerakkan oleh nafsu. Yang pertama disebut cinta
sejati (cinta tanpa pamrih), sedangkan yang kedua disebut cinta nafsu (cinta
pamrih). Oleh Prof. Dr. Louis Leahy S.J, menyatakan bahwa cinta tanpa berpamrih
disebut cinta kebaikan, sedangkan cinta pamrih disebut cinta utilitaris atau
yang bermanfaat, artinya, yang mengindahkan kepentingan diri sendiri.
Cinta
kasih atau cinta sejati adalah cinta kemanusiaan yang tumbuh dan berkembang
dalam lubuk sanubari setiap manusia, bukan dorongan suatu kepentingan melainkan
atas dasar kesadaran bahwa hakikatnya manusia itu satu. Cinta kasih itu
meliputi seluruh dunia, tanpa melihat suku bangsa, warna kulit, agama dan
sebagainya dan tidak mengenal batas waktu. Cinta kasih bersifat abadi, karena
ia tidak bergantung kepada sesuatu yang ada dan melekat pada sesuatu yang
dicintai. Cinta kasih keberadaannya bukan disebabkan oleh unsur-unsur yang
bersifat internal, yang berkembang didalam diri kita masing-masing.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Manusia
pada hakikatnya tidak akan dapat terpisahkan dari Cinta kasih dan
sayang. Cinta kasih Ideal itu adanya tiga unsur yaitu keterikatan,
keintiman dan kemesraan atau sering juga di sebut Segitiga Cinta yang satu sama
lain harus sinergi, selaras, seimbang satu sama lain.
Cinta
dan kasih mengandung arti yang hampir sama, tapi antara keduanya terdapat
perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang
mendalam sedangkan kasih meupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa mengarah
kepada yang dicintai.
Cinta
itu mulia, bisa sangat indah, cinta itu sebuah kebahagiaan, tetapi manakala
cinta itu tidak sesuai dengan apa yang diharpakan, apa yang diperkirakan dan
apa yang didambakan bertolak belakang dari kenyataaan yang sudah terlanjur
tercipta dalam angan-angan maka cinta bisa sangat menyakitkan dan menimbulkan
penderitaan yang luar biasa.
3.2
Saran
Dengan
diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran
guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Mustofa. Ilmu
budaya dasar : CV Pustaka Setia, Bandung. 1998.
Suryadi, M.P 1985. Ilmu
Budaya Dasar. Buku Materi Pokok. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Terbuka.
Mastopo, M. Habib. Manusia
dan budaya kumpulan Esay: Usaha Nasional, Surabaya. 1990.
0 comments:
Post a Comment