“Sotonya dua, Pak. Es teh jangan lupa ya
pak, seperti biasa”, kataku kepada Pak Rus. “Kok lama ga pernah
kelihatan?”, kata Pak Rus. “Iya nih Pak, terakhir saya kesini lima tahun
yang lalu”, jawabku. “Emang sekarang kerja dimana?” Pak Rus bertanya
lagi. “Di Kal-Teng Pak”, jawabku singkat (luwe dab). Tak beberapa lama
soto pesananku udah siap didepan mata, mak jreng.
Gambar Stasiun Purworejo tempo doeloe, diambil dari sini Merunut Sejarah Stasiun Purworejo, Warisan Kolonial Dibangun Tahun 1887 Awal hanya Dibangun Rel karena Ramai Dibangun Stasiun
Kabupaten Purworejo sebenarnya sangat kaya akan nilai-nilai sejarah. Salah satunya yakni Stasiun Purworejo yang dibangun pada pemerintahan Kolonial Belanda pada tahun 1887. Stasiun yang pernah ramai ini akan makin sepi menyusul ditutupnya rute Kutoarjo-Purworejo. Bagaimana sejarah stasiun ini?
Penilaian itu didasarkan pada serpihan sejarah yang cukup untuk dijadikan fakta bahwa pada masa kolonial, Purworejo memiliki posisi yang sangat strategis. Hal itu bisa dibuktikan begitu banyaknya bangunan-bangunan kuno peninggalan kolonial Belanda di Kabupaten yang kini berslogan Berirama (Bersih Indah Rapi Aman Makmur) itu.
Sebut saja, ada benteng, lembaga pendidikan, asrama tentara, rumah sakit, tempat ibadah, termasuk yang akan kita kupas kali ini yakni sarana transportasi stasiun kereta api. Di Kabupaten Purworejo sendiri tidak hanya satu dua stasiun saja yang memiliki catatan sejarah. Cukup banyak stasiun kereta api, di antaranya Stasiun Jenar di Kecamatan Purwodadi, Stasiun Montelan di Kecamatan Bayuurip, Stasiun Besar Kutoarjo di Kecamatan Kutoarjo, dan Stasiun Purworejo di wilayah Kota Purworejo. Dari beberapa stasiun kereta api itu, Stasiun Besar Kutoarjo yang paling terkenal jika dibandingkan stasiun yang lain. Namun Stasiun Kereta Api Purworejo lebih menarik perhatian jika dilihat dari lokasinya dan bentuknya.
Sebut saja, ada benteng, lembaga pendidikan, asrama tentara, rumah sakit, tempat ibadah, termasuk yang akan kita kupas kali ini yakni sarana transportasi stasiun kereta api. Di Kabupaten Purworejo sendiri tidak hanya satu dua stasiun saja yang memiliki catatan sejarah. Cukup banyak stasiun kereta api, di antaranya Stasiun Jenar di Kecamatan Purwodadi, Stasiun Montelan di Kecamatan Bayuurip, Stasiun Besar Kutoarjo di Kecamatan Kutoarjo, dan Stasiun Purworejo di wilayah Kota Purworejo. Dari beberapa stasiun kereta api itu, Stasiun Besar Kutoarjo yang paling terkenal jika dibandingkan stasiun yang lain. Namun Stasiun Kereta Api Purworejo lebih menarik perhatian jika dilihat dari lokasinya dan bentuknya.
Namun sayang tidak banyak situs atau lembaga yang tahu persis tentang keberadaan Stasiun Kereta Api Purworejo ini. Pun PT KAI yang bertugas di Stasiun Purworejo. Mereka ternyata tidak banyak tahu soal sejarah bangunan yang merupakan warisan kolonial tersebut.
Merunut serpihan sejarah Stasiun Purworejo nampaknya cukup sulit. Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo yang dipandang bisa menjadi rujukan untuk mengupas keberadaan stasiun Purworejo ini, juga hanya sedikit saja memiliki informasi tentang Stasiun yang berada dekat dengan Pasar Suronegaran Purworejo itu.
Kasi Kepurbakaan dan Nilai Tradisi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Drs Eko Riyanto mengatakan data sejarah yang diperolehnya menyebutkan Stasiun Purworejo benar merupakan warisan peninggalan kolonial Belanda yang diperkirakan dibagun tahun 1887. Pendiriannya lebih dimaksudkan untuk mendukung lancarnya transportasi dan mobilitas masyarakat. Dikatakan Eko, Pemerintah Kolonial Belanda saat itu sengaja membangun rel kereta api sepanjang 12 KM dari Stasiun Besar Kutoarjo ke arah Stasiun Purworejo. “Diperkirakan awalnya hanya dibangun rel saja. Namun seiring perkembangannya, jalur itu semakin ramai. Hingga tanggal 20 Juli 1887 dibangunlah Stasiun Purworejo,” jelas Riyanto.
Sejak tahun 1901 jalur kereta api Purworejo-Kutoarjo itu pun semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kala itu, sambung Riyanto. Stasiun Purworejo sendiri dalam periodisasi masuk periode 1910, memiliki struktur banguan berupa bahan beton setinggi 8 meter dan luas keseluruhan sekitar 848 meter persegi.
Stasiun ini dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara bernama Stasdsspoorwagen. Setelah Indonesia merdeka, Stasiun Purworejo yang berada dijalan Mayjend Sutoyo itu dikelola oleh PT KAI. Dalam penggunaaanya, stasiun Purworejo sempat tiga kali dinonaktifkan, dan terakhir dibuka kembali pada masa kepemimpinan Bupati Purworejo Goernito pada dekade 1990-an. Stasiun Kereta Api Purworejo terus dioperasikan meski tidak seramai dulu. Stasiun ini hanya memberangkatkan penumpang pada pagi dan sore hari, dengan didatangi kereta jemputan penumpang saja, dari dan menuju Stasiun Kutoarjo. Kini, stasiun tersebut akan makin sepi karena tak akan ada lagi kereta yang datang dan pergi, menyusul penutupan rute KA jalur Kutoarjo-Purworejo.
Namun, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jateng telah memasukkan Stasiun Purworejo sebagai salah satu cagar budaya di Purworejo, dilindungi oleh negara dengan nomor inventarisasi: 11-06/PWO/TB/36. Jadi, bagaimanapun, stasiun ini pantas dipertahankan.
(Sumber http://teleinformasi.com/index.php/search/sejarah-stasiun-kereta-api/)
(Sumber http://teleinformasi.com/index.php/search/sejarah-stasiun-kereta-api/)
0 comments:
Post a Comment